Mahkamah Agung selenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 2009 di Hotel Novotel, Palembang. Rakernas rencananya akan diselenggarakan mulai 6 Oktober 2009 sampai dengan 10 Oktober 2009. Rapat Kerja Nasinoal Mahkamah Agung dengan jajaran Pengadilan Tingkat Banding dari empat lingkungan peradilan seluruh Indonesia tahun ini mengangkat tema "Meningkatkan Kualitas Pengadilan Dengan Persamaan Persepsi Dalam Penerapan Hukum". Rakernas dibuka langsung oleh Ketua Mahkamah Agung, Harifin A. Tumpa.
Menurut Harifin A. Tumpa, Rapat Kerja Nasional ini merupakan forum tahunan yang rutin dilakukan oleh MA. Selain menjadi media evaluasi kinerja selama setahun, kegiatan ini juga menjadi forum bertukar pikiran bagi efektifitas pelaksanaan tugas, sejalan dengan kompleksitas permasalahan yang dihadapi lembaga peradilan.
Dalam sambutannya Ketua MA juga mengemukakan bahwa Mahkamah Agung kini sedang melakukan pembaruan cetak biru Mahkamah Agung untuk masa 25 tahun mendatang. Cetak Biru ini akan dicapai melalui 5 rencana dan strategi hingga tahun 2030. Dalam kegiatan ini, Mahkamah Agung akan merumuskan Visi dan Misi baru. Visi Mahkamah Agung yang kini telah ditetapkan adalah terwujudnya badan peradilan yang agung."Dalam visi ini tergambar arah pencapaian peradilan Indonesia yang modern, bertanggung jawab, kredibel." tegas Ketua MA.
Sedangkan Misi Mahkamah Agung adalah menjaga kamandirian badan peradilan, memberikan pelayanan hukum, meningkatkan kualitas pimpinan badan peradilan dan mewujudkan kredibilitas dan transparansi lembaga peradilan.
Tantangan
Ketua MA mengaku bahwa Pengadilan masih mendapat pencitraan negatif dari masyarakat terutama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Sumber pencitraan negatif tersebut, didasarkan pada masih banyaknya koruptor yang dibebaskan. Namun, menurut Ketua MA, mengenai putusan bebas ini, Mahkamah Agung tidaklah dapat disalahkan apabila beralasan. “Membebaskan yang bersalah sama kelirunya dengan menghukum orang yang tidak bersalah”, ungkap Ketua MA.
Selain itu, pemicu terpuruknya citra lembaga peradilan dikalangan sebagian pengamat adalah dikarenakan masih adanya hakim yang melakukan perbuatan tercela. “Meskipun sebenarnya jumlahnya sedikit dibandingkan dengan ribuan aparat pengadilan yang baik, namun seperti kata pepatah karena nila setitik rusak susu sebelanga”, ungkap Ketua MA.
Hal lainnya menurut Ketua MA adalah dikarenakan pelayanan public belum maksimal. masih adanya penundaan eksekusi tanpa alasan, ataupun lambatnya penerbitan putusan. Persoalan transparansi yang belum memadai pun dinilai oleh Ketua MA sebagai hal yang menjadi pemicu pemberian predikat buruk terhadap lembaga peradilan.
Menghadapi hal itu, Ketua MA mengajak seluruh jajarannya dalam forum Rakernas ini untuk mencari solusi bagi perbaikan kinerja di masa mendatang. Sebelumnya dalam laporannya Ketua Muda Pembinaan MARI selaku penanggung jawab Rakernas 2009, mengemukakan bahwa tidak kurang dari 316 orang peserta turut serta sebagai peserta Rakernas ini. Mereka itu adalah Pimpinan dan Hakim Agung MARI ( 43 orang), pejabat eselon I dan II MARI (58 orang), para Ketua dan Wakil Pengadilan Tinggi (60 orang), para Ketua dan Wakil Pengadilan Tinggi Agama (58 orang), para Ketua dan Wakil Dilmiltama (2 orang), para Ketua dan Wakil Dilmilti, para Ketua PT TUN (8 orang) dan Panitera/Sekretaris pengadilan tingkat banding (67 orang).
Video Conference
Seusai seremoni pembukaan Rakernas, Ketua MA melakukan pers conference dengan para wartawan yang meliput Rakernas ini melalui video conference di gedung MA Jakarta. Penyediaan video conference ini, kata Kepala Biro Hukum MA, Nurhadi, wujud dari komitmen MA dalam transparansi informasi dengan pemanfaatan teknologi informasi.
(sumber: www.mahkamahagung.go.id)